Monday, April 29, 2013

Manusia yang Berbudaya

Nama : Putri Juningtyas
Kelas : 1IA01
NPM : 55412768
ILMU BUDAYA DASAR


MANUSIA YANG BERBUDAYA



PENDAHULUAN

           

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni. bahasa sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.


Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.


Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.


PEMBAHASAN

Manusia Budaya dan nilai budaya
            Kehidupan manusia dapat dilihat dari sisi dirinya sebagai individ(pribadi) dan sebagai makhluk sosial. Sebagai individu, ia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang bagian dirinya terdiri dari tubuh biologis yang secara kasat mata dapat kita amati. Selain itu, sebagai manusia budaya iapun mempunyai akal dan jiwa yang mengatur atau menentukan bagaimana berperilaku. Tiap orang secara individu mempuntai kekhasan perilaku dan embawaan sifat atau karakter yang berbeda satu sama lain yan disebut sebagai kepribadian. Keberadaan keduanya, yaitu tubuh biologis kepribadian. Merupakan satu kesatuan dalam diri manusia yang tidak terpisahkan satu sama lain.

            Dengan adanya kepribadian, sebagaimana telah dikemukakan diatas perilaku manusia sata dengan ainnya secara individu maupun berkelommpok mempunyai pola-pola yang beragam. Hal itu pula yang membedakan perilaku manusia dengan hewan, karena perilakunya tidak hanya ditentukan oleh sistem organik biologisnya saja, melainkan dipengaruhi juga oleh akal dan jiwanya atau yang disebut kepribadian.

            Dalam bahasa populer, kepribadian diartikan sebgai ciri-ciri watak seorang individu yang konsisten, yang memberiksn kepadanya suatu identitas sebagai individu yang khusus. Dalam keseharian, kadang kita mendengar istilah “ia seorang yang berkepribadian”, maka yang dimaksudkan adalah orang tersebut mempunyai ciri watak yang diperlihatkannya secara lahir, konsisten, dan konsekuen dalam tingkah lakunya sehingga tampak bahwa indibidu tersebut memiliki identitas khusus yang berbeda dari individu-individu lainnya.

            Isi dari kepribadian menusia terdiri dari:
1.    Pengetahuan
2.    Perasaan
3.    Dorongan naluri

          Pengetahuan merupakan unsur-unsur atau segala sesuatu yang mengisi akal dan alam jiwa seorang manusia yang sadar, secara nyata terkandung didalam otak manusia melalui penerimaan pancaindranya serta alat penerima atau reseptor organismanya yang lain. (Koentjaraningrat, 1986:101-111)

          Selain oleh pengetshuan, alam ksadaran manusia juga diisi oleh perasaannya. Yang dimaksudkan dengan perasaan disini adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena pengaruh pengetahuannya dinilai sebagai keadaan positif atau negatif. Misalnya, seorang drai daerah jawa menyukai tari gambyong yang lemah lembut, atau bagi orang dari bali menyukai tari kecak yang dinamis. Semua perasaan suka atau positif itu dipengaruhi oleh pengetahuannya yang sudah disosialisasikan terhadap dirinya melalui proses belajar kebudayaan. Sebaliknya, seseorang tidak menyukai makanan tertentu atau bau tertentu, sebgai perasaan negatif, disebabkan oleh pengetahuan atau pengalaman dirinya melalui proses belajar tadi. Sehingga suatu perasaan selalu bersifat subyektif karena adanya unsur penilaian tadi. Dari perasaan ini kemudian dapat berkembang menjadi suatu kehendak untuk mencapainya atau sebaliknya menghindari sesuatu itu, tergantung dari perasaannya apakah sebagai perasaan yang positif atau negatif terhadap sesuatu hal.

          Kalau unsur perasaan di atas muncul karena dipengaruhi oleh pengetahuan manusia, maka kesadaran manusia yang tidak ditimbulkan oleh pengaruh pengetahuan manusia melainkan karen ausah terkandung dalam organismanya disebut sebagai naluri. Sehubungan dengan naluri tersebut, kemauan yang sudah merupakn naluri pada tiap menuasia disebut sebagai “dorongan” (drive), maka disebut juga sebagai dorongan naluri.

          Macam-macam dorongan naluri manusia, antara lain adalah:

1.    Dorongan untuk mempertahankan hidup;
2.    Dorongan sex
3.    Dorongan untuk usaha mencari makan
4.    Dorongan untuk bergaul atau berinteraksi denngan sesama manusia
5.    Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya
6.    Dorongan untuk berbakti
7.    Dorongan akan keindahan, dalamm arti keindahan bentuk, warna,suara, atau gerak. (Koentjaraningrat,1986:109-111)

          Dorongan-dorongan nalurilah tadi kemudian berkembang menjadi kebutuhan-kebutuhan hidup lainnya yang disesuaikan dengan keadaan lingkungan maupun staus dirinya dalam konteks makhluk sosial. Selain itu tinjauan kebutuhan hidup inipun berkaitan erat dengan keberadaan manusia yang mempunyai ragam hubungan,yaitu dengan pencipta alam,manusia lain (sebagai makhluk sosial), dan dengan diri sendiri.

          Dalam pemenuhan kebutuhan hidup tadi, sebgai suatu permasalahan, manusia memerlukan penyelesaian atau penyaluran. Mengingat manusia tidak hidup seseorang diri, dan mengingat pula keberadaan dirinya sebagai manusia budaya yang berakal budi, maka tindakan-tindakan yang dilakukannya harus memiliki ataruan-aturan yang erlu ditaati sebagai acuan atau pedoman hidup bersama. Dimana aturan-aturan perilaku hidup bersama tadi dijiwai oleh suatu nilai yang dianggap tinggi, penting dan berharga oleh suatu masyarakat yang dinamakan sebagai nilai budaya. Nilai-nilai budaya yang mewarnai pola-pola kehidupan bersama didalam masyarakat yang satu akan berbeda dengan nilai budaya masyarakat di wilayah atau negara lian. Perbedaan-perbedaan itu terjadi karena cara pandang yang berbeda, tergantung bagaimana masyarakat tersebut memandang suatu acuan hidup itu bernilai atau tidak, yang ditunjukkan dengan penundukkan diri pada nilai budaya itu.

          Dengan demikian di tiap masyarakat mempunyai nilai budaya tertentu yang berbeda-beda. Sebagai contoh,pada masyarakat indonesia yang agraris mempunyai nilai budaya kebersamaan atau komunalistik. Wujud dari nilai ini melahirkan suatu nilai gotong royong, musyawarah untuk mufakat, dan lain-lain. Nilai budaya ini berbeda dengan masyarakat di Eropa atau Amerika Serikat sebagai negara industri yang mempunyai nilai kemandirian yang indibidualistik. Nilai-nilai budaya ini ada atau berkembang di suatu wilayah atau negara karena masyarakatnya menganggap hal itulah yang paling bernilai atau sesuai dengan kondisi atau kebutuhan masyarakat yang bersangkutan. Sehingga pada tahap selanjutnya nilai-nilai budaya, yang bersifat abstrak dan berada dalam alam pikiran warga masyarakat ini, akan menjiwai atau menjadi inti dari aturan-aturan atau norma-normaberperilaku lainnya ynag lebih kongkrit untuk diterapkan. Nilai-nilai budaya tersebut adalah suatu sistem nilai yang tidak terdiri dari satuan gagasan yang masing-masing berdiri sendiri, melainkan suatu kesatuan yang berkaitan erat saatu sama lain.

          Sebagaimana telah di sebutkan diatas, sistem nilai budaya sebagao inti yang menjiwai semua edoman yang mengatur tingkah laku warga masyarakat yang bersangutan. Pedoman tingkah laku itu adalah adat istiadatnya, sistm normanya, aturan etikanya/moralnya, aturan sopan santunnya, pandangan hidup, iediologi pribadi, idiologi nasionalnya, daan sebagainya.

          Sebagai inti, sistem nilai budaya berbeda dengan pedoman-pedoman tingkah laku itu sendiri. Pedoman tingkah laku menyangku oal-soal yang terbatas ruang lingkupnya, dapat didefinisikan dengan ketat dan bersifat rasional, serta bisa diubah bila perlu, misalnya aturan adat perkawinan, aturan sopan santun, dan sebagaunya. Sedangkan sistem nilai budaya bersifat umum, sangat luas ruang lingkupnya, bersifat kabur  dan sangaat sulit didefinisikan, dihinggapi rasa emosional dan sangat sulit diubah, misalnya nilai gotng royong. Sehingga sistem bilai budaya dikatakan juga sebgasi bagian dari suatu kebudayaan yang paling abstrak, paling “dalam”, dann palng sulit diubah oleh karena itu merubah orientasi nilai budaya suatu masyarakat sangat sulit diilakukan, dan memerlukan waktu relatif lama.

          Sistem nilai budaya dan pedoman tingkah laku liainnya merupakan wujud ideal dari kebudayaan. Secara lebih khusus wujud idelan tersebut dibagi dalam empat tingkatan, yaitu:

1.    Tingkat nilai budaya, bersifat paling abstrak yang berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia, contoh : nilai gotong royong.
2.    Tingkat norma, bersifat abstrak
3.    Tingkat sistem hukum, baik tertulis maupun tidak tertulis, bersifat agak kongkrit, contoh : undang-undang.
4.    Tingkat aturan-aturan khusus, bersifat konkrit, contoh: aturan-aturan pelaksanaan dari suatu undang-undang.

KESIMPULAN

            Kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Masyarakat yang berbudaya adalah masyarakat yang mempunyai akal dan jiwa yang mengatur atau menentukan bagaimana berperilaku. Tiap orang secara individu mempuntai kekhasan perilaku dan embawaan sifat atau karakter yang berbeda satu sama lain yan disebut sebagai kepribadian. Keberadaan keduanya, yaitu tubuh biologis kepribadian.

Daftar Pustaka

Friday, February 15, 2013

Kemacetan


Karya Tulis
KEMACETAN
Tugas Ilmu Sosial Dasar









DISUSUN OLEH PUTRI JUNINGTYAS
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
UNIVERSITAS GUNADARMA
2013
DAFTAR ISI




Kata Pengantar                                                   (3)

Bab I
Pendahuluan                                                      (4)

Bab II
Pembahasan                                                       (5-6)

Bab III
Penutup                                                                (7)

Daftar Pusaka                                                 




KATA PENGHANTAR


            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt atas rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah yang berjudul Kemacetan ini membahas mengenai tentang kemacetan yang ada di ibukota yaitu di DKI Jakarta yang setiap tahunnya mengalami peningkatan. Dalam penulisan makalah ini saya banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulisan makalah ini. Saya sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, Hal itu di karenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan saya. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita. Akhir kata, saya memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan.
Jakarta,10 februari 2013


BAB I
PENDAHULUAN

1.    1.  Latar Belakang

Hampir semua jalan di Jakarta mengalami kemacetan yang cukup membuat kita pusing, kesal, dan uring-uringan akibat kemacetan yang terjadi. Sebenarnya sederhana saja, kemacetan itu disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pertambahan jumlah kendaraan dan pertambahan jumlah jalan.
Selama ini pertambahan jumlah kendaraan meningkat dengan pesat sementara pertambahan jalan bisa dikatakan tidak ada pertambahan yang signifikan. Selain itu, faktor yang turut berperan dalam kemacetan adalah banyak pengendara yang tidak disiplin dan tidak mematuhi peraturan berlalu lintas serta jumlah penduduk DKI Jakarta yang semakin banyak akibat urbanisasi.


2. Tujuan


Tujuan dari saya menulis karya tulis ini adalah:

1. Menjelaskan arti dari kemacetan dan sebab-sebab terjadinya kemacetan
2. Memberikan pengetahuan tentang solusi bagaimana mengatasi kemacetan

BAB II
PEMBAHASAN
1. 

Pengertian dan sebab-bebab terjadinya kemacetan


Dari pengertiannya Kemacetan adalah, situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan

Berikut adalah beberapa penyebab terjadinya Kemacetan, terutama yang ada di Jakarta

· Kemacetan dapat terjadi karena beberapa alasan:
· Arus yang melewati jalan telah melampaui kapasitas jalan
· Terjadi kecelakaan terjadi gangguan kelancaran karena masyarakat yang menonton kejadian kecelakaan atau karena kendaran yang terlibat kecelakaan belum disingkirkan dari jalur lalu lintas,
· Terjadi banjir sehingga kendaraan memperlambat kendaraan
· Ada perbaikan jalan,
· Bagian jalan tertentu yang longsor,
· Kemacetan lalu lintas yang disebabkan kepanikan seperti kalau terjadi isyarat sirene tsunami.
· Karena adanya pemakai jalan yang tidak tahu aturan lalu lintas, spt : berjalan lambat di lajur kanan dsb.
· Adanya parkir liar dari sebuah kegiatan.
· Pasar tumpah yang secara tidak langsung memakan badan jalan sehingga pada akhirnya membuat sebuah antrian terhadap sejumlah kendaraan yang akan melewati area tersebut.

· Pengaturan lampu lalu lintas yang bersifat kaku yang tidak mengikuti tinggi rendahnya arus lalu lintas

2. Solusi mengatasi kemacetan

Solusi dalam mengatasi kemacetan di Jakarta, antara lain:

a. Jalur three in one lebih diperluas wilayahnya dan tidak menggunakan batas waktu.
b. Jalan-jalan yang dilalui busway yang menyebabkan penyempitan badan jalan harus segera diperlebar.
c. Membangun transportasi massal lain, seperti misalnya subway atau monorel
d. Menerapkan usia kendaraan yang layak beroperasi. Ini juga dapat mengurangi polusi.
e. Meningkatkan tarif pajak kendaraan bermotor, khususnya kendaraan roda empat.
f. Mengadakan pelatihan atau seminar kepada supir-supir angkutan umum tentang keselamatan dan peraturan berlalu lintas.
g. Menegakkan aturan dengan menindak tegas semua pelanggar lalu lintas tanpa kecuali ataupun oknum polisi yang berbuat pungli.
h. Memperbanyak dan terus menerus mengingatkan masyarakat melalui spanduk, brosur, ataupun iklan tentang disiplin berlalu lintas. Baik di media Cetak ataupun media elektronik.

BAB III
PENUTUP

     I.        KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat di ambil adalah kemacetan itu adalah sesuatu hal yang seharusnya sudah dari dulu dibenahi, namun tingkat pembangunan jalan tidak sebanding dengan peningkatan produksi pembuatan kendaraan. Dan lagi kebanyakaan masyarakat di jakarta sudah merasa nyaman dengan kendaraan pribadinya karena transportasi umum kurang mempresentasikan keindahan dan kenyamanan bagi pengguna.

   II.        SARAN
Seharusnya pemerintah setempat membuat peraturan yang ketat untuk pengguna jalan baik transportasi umum dan pengguna kendaraan pribadi. Seperti berjalan kaki apabila tempat yang dituju dekat, dan menggunakan transportasi umum. Lokasi car free day di perluas lagi.

DAFTAR PUSAKA

Google.com


Thursday, January 31, 2013

Anti-Sosial


 Anti-Sosial


KATA PENGHANTAR


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt atas rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah yang berjudul Dampak Negatif dari Kehidupan Anti-Sosial ini membahas mengenai tentang seseorang yang terbiasa hidup sendiri dan menutup dirinya dari orang lain. Dalam penulisan makalah ini saya banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulisan makalah ini. Saya sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, Hal itu di karenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan saya. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita. Akhir kata, saya memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan.
Jakarta,21 Januari 2013

BAB I
PENDAHULUAN

1.    1.  Latar Belakang

      Di era sekarang ini sudah banyak orang yang kecanduan dengan sosial media, mereka terlalu asyik dengan adanya sosial media itu sendiri. Semakin hari kian menjadi gejala umum yang tidak hanya terjadi di kota-kota besar, namun juga sudah merambah ke kota-kota kecil bahkan ke perdesaan. Ini terjadi karena banyak sebab, namun media  dipercayai memiliki peran penting, di samping minimnya peran keluarga, sekolah, dan lingkungan dalam memberikan pengetahuan yang baik kepada para pelaku.  Akun jejaring sosial kini dipandang sebagai identitas seseorang dalam pergaulan. Fenomena sosial media memang sedang jadi tren di kalangan masyarakat. Tidak hanya anak muda, bahkan orang tua pun juga ikutan online. Menurut survei yang dilakukan oleh netdna-cdn.com, 24% orang kehilangan momen spesial mereka karena sibuk membagikan momen tersebut lewat jejaring sosial. Misalnya, Anda bertemu dengan sahabat lama di sebuah kafe. Tanpa sadar, Anda sibuk memainkan iPad atau ponsel Anda untuk membagikan momen penting tersebut ke situs sosial media tanpa memperdulikan lingkungan disekitar anda.

1. 2. Tujuan 
Tujuan dari saya menulis karya tulis ini adalah:
a. Memberikan pengetahuan tentang apa itu Anti-Sosial
b. Memberikan pengetahuan tentang sebab-akibat seseorang menjadi anti sosial
c. Memberikan pengetahuan tentang solusi bagaimana menghindari sifat anti-sosial

1. 3. Manfaat
Manfaat dari saya menulis karya tulis ini adalah:
a. Menjadikan pembaca menghindari faktor-faktor yang membuat seseorang menjadi anti-sosial
b. Menjadikan pembaca lebih menghargai pertemanan
c. Menjadikan pembaca lebih perduli terhadap lingkungan

BAB II
PEMBAHASAN
1.    Pengertian Anti-Sosial
Pengertian dari perilaku Anti-Sosial menurut pandangan psikologi adalah perilaku yang kurang pertimbangan untuk orang lain dan yang dapat menyebabkan kerusakan pada masyarakat, baik sengaja atau melalui kelalaian, karena bertentangan dengan perilaku pro-sosial, perilaku yang membantu atau bermanfaat bagi masyarakat. hukum pidana dan hukum sipil di berbagai negara menawarkan solusi untuk perilaku anti sosial. Secara sederhana, perilaku antisosial bisa digambarkan sebagai `perilaku yang tidak diinginkan sebagai akibat dari gangguan kepribadian dan merupakan lawan dari perilaku prososial'. Perilaku antisosial bisa dilakukan oleh siapa saja tanpa ada batasan usia, namun karena `penyimpangan' ini dikategorikan sebagai `penyimpangan' ringan dari tatanan sosial yang umum diterima bersama, secara umum perilaku antisosial identik dengan anak-anak muda usia sekolah. Oleh karena perilaku antisosial identik dengan anak-anak usia sekolah, lembaga-lembaga pendidikan memiliki peran yang tidak kecil untuk memberikan sumbangan agar perilaku ini tidak membesar sehingga merongrong bangunan sosial yang telah ada. Contoh paling kasatmata untuk ini adalah penggunaan knalpot racing dan menjamurnya peminta amal yang semakin hari kian mengganggu kehidupan sosial kita. Kedua kasus ini terjadi di jalan raya yang mengganggu kepentingan umum. Oleh karena lemahnya penegakan hukum dan kontrol sosial, kedua kasus tersebut telah dianggap sebagai perilaku lazim yang normal oleh masyarakat umum. Tentu ini kabar tidak baik yang harus diperbaiki oleh lembagalembaga sosial dan negara.

a.       Ciri – ciri Individu yang Memiliki Kepribadian Anti-Sosial

Ciri individu yang memiliki kepribadian anti-sosial dapat dilihat dari berbagai perilaku yang muncul yang mengindikasikan adanya kepribadian anti-sosial, adapun bentuk perilaku anti-sosial pada anak – anak antara lain (Hurlock,1978.h.263 & 274)
1)    Negativisme. Perlawanan terhadap tekanan dari pihak lain untuk berperilaku tertentu
2)    Agresi. Tindakan permusuhan yang nyata atau ancaman permusuhan, dan biasanya tidak ditimbulkan oleh orang lain, dan dilakukan pada anak yang lebih kecil.
3)     Pertengkaran. Perselisihan pendapat yang mengandung kemarahan yang umumnya dimulai apabila seseorang mengadakan penyerangan yang tidak beralasan
4)    Mengejek dan menggertak. Mengadakan serangan baik yang bersifat lisan (mengejek) maupun fisik (menggertak)
5)    Perilaku yang sok kuasa. Kecenderungan untuk mendominasi orang lain atau menjadi “majikan”
6)     Egosentrisme. Cenderung berfikir dan berbicara tentang diri mereka sendiri
7)     Prasangka. Biasanya dengan membedakan orang – orang yang ia kenal
8)    Antagonisme jenis kelamin. Biasanya dengan jalan menghindari bergaul dengan anak perempuan dan tidak melakukan aktivitas yang dianggap sebagai aktivitas anak perempuan 
9)    Antagonistic terhadap setiap orang. Perasaannya mudah tersinggung dengan pandangan mencemooh
10) Merasa bosan dengan aktivitas sosial, misalnya enggan mengikuti pertemuan keluarga dan mengikuti perayaan besar
11) Sebagian besar waktunya digunakan untuk menyendiri
12) Dengan sengaja menolak berkomunikasi dengan orang lain. Apabila ditanya, biasanya mereka menutup pertanyaan dengan jawaban “enggak ingat” dan atau “enggak tahu”
13)  Mengadakan pelanggaran – pelanggaran terhadap aturan atau norma sosial yang berlaku

        2. Sebab-akibat dari perilaku Anti-sosial
Sosial dan lingkungan rumah juga berperan dalam menunjang perkembangan perilaku antisosial. Orang tua dari anak-anak bermasalah sering menunjukkan tingkat tinggi perilaku antisosial sendiri. Dalam satu penelitian besar, orang tua anak laki-laki lebih sering bermasalah alkohol atau pidana, dan rumah mereka sering terganggu oleh perceraian, perpisahan atau tidak adanya orangtua. Disiplin tidak menentu atau tidak patut dan pengawasan yang tidak memadai telah dikaitkan dengan perilaku antisosial pada anak-anak. Melibatkan orang tua cenderung untuk memonitor perilaku anak, menetapkan aturan dan melihat bahwa mereka mematuhi, memeriksa keberadaan anak, dan mengarahkan mereka dari teman-teman bermain bermasalah. pengawasan yang baik adalah kurang cenderung di rumah-rumah yang rusak karena orang tua mungkin tidak tersedia, dan orang tua sering antisosial kurangnya motivasi untuk mengawasi anak-anak mereka. Pentingnya pengawasan orangtua juga ditekankan ketika antisocials tumbuh dalam keluarga besar dimana setiap anak kurang mendapat perhatian secara proporsional.
Seorang anak yang tumbuh di sebuah rumah terganggu dapat memasukkan orang dewasa di dunia terluka secara emosional. Tanpa memiliki ikatan yang kuat dikembangkan, dia egois dan tidak peduli kepada orang lain. Kurangnya disiplin hasil konsisten dalam hal kecil untuk aturan dan menunda kepuasan. Dia tidak memiliki model peran yang tepat dan belajar untuk menggunakan agresi untuk memecahkan perselisihan. Dia gagal untuk mengembangkan empati dan kepedulian bagi orang-orang di sekitarnya.
Antisosial anak-anak cenderung memilih teman bermain dengan ana yang sama. Pola dasar biasanya berkembang selama tahun-tahun sekolah dasar, ketika rekan kelompok penerimaan dan perlu menjadi bagian pertama menjadi penting. anak agresif adalah yang paling mungkin akan ditolak oleh rekan-rekan mereka, dan penolakan ini mendorong orang buangan sosial untuk membentuk ikatan dengan satu sama lain. Hubungan ini dapat mendorong dan pahala agresi dan perilaku antisosial lainnya. Asosiasi tersebut kemudian dapat mengakibatkan keanggotaan geng.
Penyalahgunaan Anak juga telah dikaitkan dengan perilaku antisosial. Orang dengan ASP lebih mungkin daripada yang lain telah disalahgunakan sebagai anak-anak. Hal ini tidak mengherankan karena banyak dari mereka tumbuh dengan orang tua antisosial lalai dan kadang-kadang kekerasan. Dalam banyak kasus, pelecehan perilaku belajar menjadi orang dewasa yang sebelumnya disiksa mengabadikan dengan anak-anak mereka sendiri.
Telah dikemukakan bahwa pelecehan awal (seperti gemetar penuh semangat anak) adalah sangat berbahaya, karena dapat mengakibatkan cedera otak. Trauma kejadian dapat mengganggu perkembangan normal sistem saraf pusat, sebuah proses yang berlanjut selama bertahun-tahun remaja. Dengan memicu pelepasan hormon dan bahan kimia otak lainnya, peristiwa stress dapat mengubah pola perkembangan normal.
3. Cara membuat seseorang tidak menjadi Anti-sosial
1.    Mengadakan penyuluhan sosial di sekolah,perkantoran dan lain-lain
2.    Para pelaku terapi sudah mengarahkan pendirita kepada isu moral dalam pengobatan, dengan komunikasi yang sangat terapoitik, namun ternyata hasil yang terlihat belum maksimal
3.   Sekolah diharapkan menjadi tempat mempelajari, menjiwai, dan mempraktikkan segala hal baik yang menguntungkan dan menghindari tindakan-tindakan yang merugikan masyarakat.
4.    Mengenalkan dunia kepada anak-anak
5.    Mengajaknya bermain dan melatih komunikasi yang baik



BAB III
PENUTUP

     I. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat di ambil adalah perilaku antisosial bisa dilakukan oleh siapa saja. Sosial dan lingkungan rumah juga berperan dalam menunjang perkembangan perilaku antisosial. Secara sederhana, perilaku antisosial bisa digambarkan sebagai `perilaku yang tidak diinginkan sebagai akibat dari gangguan kepribadian dan merupakan lawan dari perilaku prososial'.

   II. SARAN
Saya menyarankan setiap makhluk sosial yang mengalami kelainan dalam cara mensosialisasikan dirinya untuk segera di bawa ke psikolog terdekat karena dengan adanya motivasi-motivasi yang membuat dia semangat lagi adalah hal yang di inginkan oleh orang-orang yang mengalaminya



DAFTAR PUSAKA

Wikipedia.com
Google.com

Pengangguran


Karya Tulis
PENGANGGURAN
Tugas Ilmu Sosial Dasar









DISUSUN OLEH PUTRI JUNINGTYAS
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
UNIVERSITAS GUNADARMA
2013
DAFTAR ISI




Kata Pengantar                                                   (3)




Bab I
Pendahuluan                                                      (4)



Bab II
Pembahasan                                                       (5-7)



Bab III
Penutup                                                                (8)



Daftar Pusaka                                                      (9)

KATA PENGHANTAR


            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt atas rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah yang berjudul Pengangguran ini membahas mengenai tentang pengangguran yang ada di Indonesia yang setiap tahunnya mengalami peningkatan. Dalam penulisan makalah ini saya banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulisan makalah ini. Saya sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, Hal itu di karenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan saya. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita. Akhir kata, saya memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan.
Jakarta,21 Januari 2013
  
BAB I
PENDAHULUAN

1.    1.  Latar Belakang

            Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.Masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia. Dewasa ini, sudah tidak asing lagi ketika kita membicarakan masalah pengangguran yang ada di Indonesia. Menyikapi hal tersebut, saya tertarik untuk lebih menjelaskan tentang masalah pengangguran yang semakin bertambah kapasitasnya. Karena pengangguran merupakan masalah negara saat ini yang sejak turun temurun belum teratasi. Pengangguran dan setengah pengangguran yang tinggi berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan, kriminalitas dan masalah-masalah sosial politik yang juga semakin meningkat. Pengangguran itu sendiri tidak pandang bulu siapa pun bisa mengalaminya tidak selalu yang tidak sekolah menjadi pengangguran namun lulusan sarjana pun bisa menjadi pengangguran. Latar belakang saya membicarakan pengangguran dalam tugas ilmu sosial dasar saya adalah karena pengangguran salah satu masalah sosial yang sampai saat ini belum dapat teratasi.

2. Tujuan

Tujuan dari saya menulis karya tulis ini adalah:
1. Memberikan pengetahuan tentang apa itu pengangguran
2. Memberikan pengetahuan tentang apa saja yang menjadikan seseorang menjadi pengangguran
3. Memberikan pengetahuan tentang solusi bagaimana mengatasi pengangguran

3. Manfaat

Manfaat dari saya menulis karya tulis ini adalah:
1. Menjadikan pembaca menghindari faktor-faktor yang membuat seseorang menjadi pengangguran
2. Menjadikan pembaca lebih menghargai ilmu/pengetahuan




BAB II
PEMBAHASAN
1.    Pengertian dan faktor-faktor terjadinya pengangguran
            Pengertian dari pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran terjadi karena beberapa faktor, faktor-faktor tersebut adalah jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya.  Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran,  produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya. Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angakatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik, keamanan dan sosial sehingga mengganggupertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
2.    Dampak dari pengangguran
            Penganggur itu berpotensi menimbulkan kerawanan berbagai kriminal dan gejolak sosial, politik dan kemiskinan. Selain itu, pengangguran juga merupakan pemborosan yang luar biasa. Setiap orang harus mengkonsumsi beras, gula, minyak, pakaian, energi listrik, sepatu, jasa dan sebagainya setiap hari, tapi mereka tidak mempunyai penghasilan. Bisa kita bayangkan berapa ton beras dan kebutuhan lainnya harus disubsidi setiap harinya
Dampak Pengangguran terhadap Perekonomian suatu Negara
            Tujuan akhir pembangunan ekonomi suatu negara pada dasarnya adalah meningkatkan kemakmuran masyarakat dan pertumbuhan ekonomi agar stabil dan dalam keadaan naik terus. Jika tingkat pengangguran di suatu negara relatif tinggi, hal tersebut akan menghambat pencapaian tujuan pembangunan ekonomi yang telah dicita-citakan. Hal ini terjadi karena pengganguran berdampak negatif terhadap kegiatan perekonomian, seperti yang dijelaskan di bawah ini:
1.    Pengangguran bisa menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimalkan tingkat kemakmuran yang dicapainya.
2.    Pengangguran akan menyebabkan pendapatan nasional yang berasal dari sector pajak berkurang.
3.    Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi.

 Dampak pengangguran terhadap Individu yang Meng-alaminya dan Masyarakat. Berikut ini merupakan dampak negatif pengangguran terhadap individu yang mengalaminya dan terhadap masyarakat pada umumnya:
1.    Pengangguran dapat menghilangkan mata pencaharian
2.    Pengangguran dapat menghilangkan ketrampilan
3.    Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan social politik.
4.    Bertambahnya tingkat kemiskinan
5.    Timbulnya kriminalitas di kalangan masyarakat

4.    Solusi mengatasi pengangguran
            Adanya bermacam-macam pengangguran membutuh-kan cara-cara mengatasinya yang disesuaikan dengan jenis pengangguran yang terjadi, yaitu sebagai berikut.
Cara Mengatasi Pengangguran Struktural
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang digunakan adalah :
1.    Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja.
2.    Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sector yang kelebihan ke tempat dan sektor ekonomi yang kekurangan.
3.    Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan (lowongan) kerja yang kosong, dan
4.    Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami pengangguran.
Cara Mengatasi Pengangguran Friksional
Untuk mengatasi pengangguran secara umum antara lain dapat digunakan cara-cara sebagai berikut:
1.    Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru, terutama yang bersifat padat karya.
2.    Deregulasi dan debirokratisasi di berbagai bidang industri untuk merangsang timbulnya investasi baru.
3.    Menggalakkan pengembangan sektor informal, seperti home industry.
4.    Menggalakkan program transmigrasi untuk menyerap tenaga kerja di sektor agraris dan sektor formal lainnya.
5.    Pembukaan proyek-proyek umum oleh pemerintah, seperti pembangunan jembatan, jalan raya, PLTU, PLTA, dan lain-lain sehingga bisa menyerap tenaga kerja secara langsung maupun untuk merangsang investasi baru dari kalangan swasta.
Cara Mengatasi Pengangguran Musiman
Jenis pengangguran ini bisa diatasi dengan cara sebagai berikut:
1.    Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sektor lain, dan
2.    Melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu ketika menunggu musim tertentu.

Cara Mengatasi Pengangguran Siklis
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini antara lain dapat digunakan cara-cara sebagai berikut:
1.    Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa, dan
2.    Meningkatkan daya beli masyarakat.


BAB III
PENUTUP

     I.        KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat di ambil adalah pengangguran sudah mendunia terlebih di Indonesia dengan tingkat pengangguran 12.5% pada tahun 2005 yang pada saat ini belum di atasi oleh pemerintah setempat dan bahkan setiap tahunnya pengangguran bertambah. Faktor terjadinya pengangguran itu adalah kurangnya lapangan kerja dan berlebihnya lulusan sarjana atau sumber daya manusianya. Pengangguran membawa dampak negatif kepada bangsa, menjadikan bangsa tersebut di cap sebagai bangsa yang tidak mempunyai kecerdasan yang tinggi.

   II.        SARAN
Seharusnya pemerintah atau perusahan-perusahan membuat lapangan kerja yang dapat menampung pengangguran tersebut dan sumber daya manusianya menggali potensi yang dia punya.Diharapkan ke depan kebijakan ketenagakerjaan dapat diubah kembali agar dapat berfungsi secara optimal untuk memerangi pengangguran.
DAFTAR PUSAKA

Wikipedia.com
Google.com